BAB
I
PENDAHULUAN
Perilaku asertif merupakan terjemahan dari istilah assertiveness atau assertion,
yang artinya titik tengah antara perilaku non asertif dan perilaku agresif
(Horgie, 1990) Stresterhim dan Boer
(1980), mengatakan bahwa orang yang memiliki tingkah laku atau perilaku asertif
orang yang berpendapat dari oroentasi dari dalam, memiliki kepercayan diri yang
baik, dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa
takut dan berkomunikasi dengan orang lain secara lancar. Sebaliknya orang yang
kurang asertif adalah mereka yang memiliki ciri terlalu mudah mengalah/ lemah,
mudah tersinggung, cemas, kurang yakin pada diri
sendiri, sukar mengadakan komunikasi dengan orang lain, dan tidak bebas
mengemukakan masalah atau hal yang telah dikemukakan.
Menurut Suterlinah Sukaji (1983), perilaku asertif adalah perilaku
seseorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang
tepat, jujur, relative terus terang, dan tanpa perasaan cemas terhadap orang
lain. Sementara menurut Lange dan Jukubowski (1976), seperti yang dikutip oleh
Calhoun (1990), perilaku
asertif merupakan perilaku sesorang dalam mempertahankan hak
pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keyakinan secara
langsung dan jujur dengan cara yang tepat.
Selanjutnya menurut Rimm da Masters (1979), seperti yang dikutip Hargie
(1990) mendefinisikan perilaku asertif sebagai perilaku antar pribadi yang
bersifat jujur dan terus terang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan
dengan mempertimbangkan pikiran dan kesejahteraan orang lain. Taubman (1976)
yang dikutip oleh Kelley (1979) yang memberikan batasan assertiveness sebagai ekspresi dari perasaan-perasaan,
keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan, belajar bertindak atas dasar
perasaan, keinginan dan kebutuhan orang disekitarnya. Sedangkan Rathus (1981)
memberi batasan asertifitas sebagai kemampuan mengekspresikan perasaan, membela
hak secara sah dan menolak permintaan yang dianggap tidak layak serta tidak
menghina atu meremehkan orang lain.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif
adalah perilaku sesesorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut, emosi,
perasaan, pikiran serta keinginan dan kebutuhan secara terbuka, tegas dan jujur
tanpa perasaan cemas atau tegang terhadap orang lain, tanpa merugikan diri
sendiri dan orang lain.
B.
Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Makalah
ini bertujuan agar mahasiswa atau pembaca dapat menjelaskan tentang teknik
asertif.
2.
Tujuan
khusus
Adapun
tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa atau pembaca dapat
menjelaskan tentang:
a) Perbedaan antara perilaku pasif, agresif, dan asertif.
b) Teknik-teknik
asertif
c) Unsur-unsur asertif
d) Ciri-ciri asertif
e) Petunjuk menjadi asertif
f) Formula menjadi asertif
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Definisi
Asertif
mungkin dapat dipahami dengan baik bila membandingkan asertif dengan dua gaya dalam merespon suatu
situasi, yaitu: pasif atau tidak peduli dan agresif atau menyerang.
1. Perilaku
Pasif
Respon
pasif bertujuan untuk menghindari konflik dengan cara apapun. Orang yang pasif
atau tidak asertif akan mengatakan hal-hal yang tidak tidak sesuai dengan apa yang
mereka pikirkan karena takut orang lain tidak setuju. Individu yang pasif “bersembunyi”
dari orang lain dan menunggu orang lain untuk memulai percakapan. Mereka
meletakkan kepentingan atau keinginan orang lain di atas dirinya. Dalam suatu hubungan
dengan orang lain, mereka cenderung gelisah, khawatir bagaimana orang lain akan
bereaksi kepada mereka dan memiliki kebutuhan yang tinggi untuk disetujui. Masalah
akan muncul ketika orang yang bersikap pasif, secara rahasia, merasa marah atau
benci kepada orang lain. Orang
yang pasif mungkin memandang diri mereka sendiri sebagai korban manipulasi oleh
orang lain. Cara pandang yang seperti inilah yang merusak kepercayaan diri
mereka.
Contoh perilaku pasif, antara lain:
1.
‘Ini hanya pendapat saya, tapi…’
2.
‘Maaf mengganggu waktu anda, tapi…’
3.
‘Bila anda berpendapat demikian, kita
akan…’
2.
Perilaku Agresif
Pada
suatu situasi konflik, orang yang agresif ingin selalu “menang” dengan cara mendominasi
atau mengintimidasi orang lain. Orang yang agresif memajukan kepentingannya
sendiri atau sudut pandangnya sendiri tetapi tidak peduli atau “kejam” terhadap
perasaan, pemikiran, dan kebutuhan orang lain. Cara agresif ini sering berhasil
karena orang lain mengalah untuk menghindari konflik yang lebih buruk atau berkepanjangan.
Karena perilaku agresif dapat memberikan efek yang menguntungkan dalam jangka
pendek, seseorang bisa enggan untuk tidak menggunakan strategi yang agresif.
Seringkali orang-orang yang cenderung untuk menggunakan strategi agresif untuk
mencapai tujuannya, memiliki sudut pandang yang menyimpang misalnya bahwa mereka
merasa dirinya terus menerus dalam situasi yang terancam, diserang secara personal,
atau merasa diganggu oleh orang lain yang menghalangi usahanya. Individu seperti
itu mudah marah dan frustasi. Mereka nampaknya percaya bahwa mereka seharusnya
tidak merasakan frustasi. Bukannya secara rasional menganggap suatu kejadian
sebagai kekecewaan, orang yang agresif meresponnya dengan kemarahan. Bukannya
membantu menyelesaikan masalah, mereka malah “meluapkan apa yang ada di dalam
dada” meningkatkan kemarahan dan serangan. Pada awalnya orang lain mungkin
menyerah akibat intimidasi oleh individu yang bersikap agresif, mereka juga
bisa bertindak dengan cara yang halus untuk membalas.
Contoh perilaku agresif dalam mengeluarkan pendapat, antara lain:
1. Kerjakan saja
sendiri!
2. Bodoh!
3. Pasti kamu
tidak percaya!
3. Perilaku Asertif
Perilaku
asertif adalah menyatakan secara langsung suatu ide, opini, dan keinginan.
Tujuan perilaku asertif adalah untuk mengkomunikasikan sesuatu pada suasana
saling percaya. Konflik yang muncul dihadapi dan solusi dicari yang menguntungkan
semua pihak. Individu yang asertif memulai komunikasi dengan cara sedemikian
rupa sehingga dapat menyampaikan kepedulian dan rasa penghargaan mereka
terhadap orang lain.
Tujuan
komunikasi ini adalah untuk mengungkapkan pendapat diri sendiri dan untuk
menyelesaikan masalah interpersonal tanpa merusak suatu hubungan. Perilaku
asertif mengharuskan kita untuk menghormati orang lain sebagaimana kita
menghormati diri sendiri. Konflik tidak dapat dihindari dalam hubungan dengan
sesama manusia. Walaupun konflik biasanya dipandang sebagai sesuatu yang tidak
diinginkan, tetapi proses penyelesaian konflik tersebut dapat membuat seseorang
berkembang, meningkatkan pemahaman dan rasa hormat kepada orang lain, kendati
terdapat perbedaan-perbedaan. Masalah timbul ketika konflik membuat kita
memandang orang lain sebagai “musuh”, ketika perbedaan kekuasaan dieksploitasi,
atau ketika diskusi untuk penyelesaian masalah menjadi tidak fokus dengan
membawa persoalan lain untuk mengalihkan percakapan. Faktor penting untuk
menjadi individu asertif adalah kemampuan untuk bertindak secara konsisten
sesuai standar yang kita miliki untuk perilaku kita sendiri
Contoh perilaku asertif, antara lain:
1. ‘Saya
berpendapat … bagaimana pendapat Anda?
2. ‘Masalah ini
akan saya hadapi dengan cara ini. Bagaimana efeknya terhadap Anda?’
B.
Teknik-Teknik Bertindak Asertif
Terdapat
beberapa teknik komunikasi atau strategi yang berguna dalam menanggapi situasi
yang cenderung menjadi konflik.
a) Memberikan
Umpan Balik
Membiarkan
orang lain tahu bagaimana Anda merespon perilaku mereka dapat membantu
menghindari kesalah pahaman dan membantu menyelesaikan konflik yang tidak dapat
dihindari dalam suatu hubungan. Bagaimanapun, memberikan umpan balik yang jujur
ketika Anda mendapat reaksi negatif karena perilaku orang lain memang sulit dilakukan
tanpa menyakiti perasaan. Sering kali, untuk memperbaiki hubungan Anda dalam
jangka panjang, Anda harus menyatakan bahwa Anda kecewa pada apa yang mereka
telah lakukan. Ketika Anda memilih untuk menyampaikan umpan balik negatif kepada
orang lain, gunakan teknik komunikasi yang tidak berkesan mengancam. Kriteria
untuk umpan balik yang bermanfaat termasuk:
1) Umpan
balik difokuskan pada perilaku seseorang bukan kepribadiannya.
Dengan
memfokuskan pada perilaku, Anda mengarahkan umpan balik kepada sesuatu yang
dapat diubah oleh seorang individu.
2) Umpan
balik bersifat deskriptif bukan evaluatif.
Menjelaskan
apa yang telah dikatakan atau dilakukan berkesan lebih tidak mengancam
dibandingkan dengan menghakimi mengapa sesuatu dilakukan (yang hanya
berdasarkan asumsi Anda).
3) Umpan
balik berfokus pada reaksi Anda sendiri bukan maksud orang lain.
Menyalahkan
atau menganggap ada maksud buruk dibalik perilaku orang lain bukan merupakan
umpan balik yang konstruktif. Umpan balik menggunakan kata “saya” dengan bentuk
kalimat “Ketika kamu [lakukan atau katakan]___saya merasa___.” Sebagai contoh,
“Ketika kamu terlambat datang kerja, saya merasa frustasi dan marah” adalah
lebih baik daripada “Kamu tidak bertanggungjawab. Kamu tidak peduli pada pasien
yang menunggu dan pekerja lain yang menggantikanmu ketika kau telat”.
4) Umpan balik bersifat spesifik bukan umum.
Umpan balik fokus pada perilaku yang baru saja terjadi dan menghindari
mengungkit perilaku di masa lalu. Umpan balik juga tidak boleh menyamaratakan
atau terlalu jauh dari peristiwa spesifik yang telah membuat Anda kesal
(misalnya “Kamu selalu melakukan___)
5) Umpan balik difokuskan pada penyelesaian masalah.
Bukan bertujuan untuk melampiaskan kemarahan. Tujuannya adalah untuk
menyelesaikan suatu masalah yang timbul pada suatu hubungan sehingga hubungan
tersebut dapat berkembang lebih baik.
6) Umpan balik disampaikan secara pribadi.
b)
Meminta
Umpan Balik Dari Orang Lain
Seperti
telah dijelaskan di atas, kita perlu berlatih memberikan umpan balik dengan
cara yang tepat. Pada saat yang bersamaan, kita juga perlu mengundang umpan balik
dari orang lain untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal kita. Sebagai contoh, sebagai seorang perawat, Anda harus
menilai kepuasan pasien secara rutin dan meminta umpan balik mengenai pelayanan
Anda. Sebagai manajer, Anda harus membiarkan para pekerja tahu bahwa Anda
menerima saran dari mereka mengenai bagaimana mengembangkan operasional di
rumah sakit (tempat kerja). Kemampuan Anda untuk mendengar
kritik atau saran tanpa sikap defensif atau marah, mengakui ketika Anda berbuat
kesalahan, dan mendorong orang lain untuk memberikan umpan balik (meskipun hal
itu negatif) akan membuat orang lain jujur saat berkomunikasi dengan Anda.
Mereka juga membantu Anda untuk mengidentifikasi bidang-bidang pada praktek profesional
Anda yang mungkin perlu perbaikan dan membantu meningkatkan hubungan yang lebih
baik dengan orang lain.
c) Menentukan
Batasan
Bagi
sebagian dari kita, menentukan bagaimana kita akan menghabiskan waktu pribadi
dan uang kita adalah sumber frustasi. Kita merasa sulit untuk berkata “tidak” terhadap
permintaan apapun. Dan akibatnya, kita merasa kewalahan dan, sering, marah kepada
orang lain karena “telah mengambil keuntungan” dari kita. Bertindak asertif dalam
menentukan batasan berarti Anda mengambil tanggung jawab untuk keputusan yang
Anda ambil mengenai bagaimana menghabiskan sumberdaya pribadi Anda tanpa merasa
marah kepada orang lain yang memohon/mengajukan permintaan tertentu kepada
Anda. Bertindak asertif dengan menentukan batasan tidak berarti bahwa Anda berhenti
berkata “ya” terhadap semua permintaan. Anda akan tetap membantu orang lain,
karena adanya nilai-nilai yang Anda pegang dan keinginan Anda untuk membantu orang
lain ketika mereka membutuhkan bantuan, meskipun ketika melakukannya Anda mungkin
merasa tidak nyaman. Ketika menghadapi sebuah permintaan, langkah pertama
adalah menentukan seberapa jauh Anda mau memenuhi permintaan tersebut. Jika
Anda perlu waktu untuk mengambil keputusan, menunda keputusan adalah tindakan
yang tepat asalkan Anda kembali ke orang tersebut dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan. Seringkali respon tidak selalu berarti “ya” atau “tidak” tetapi
bisa juga berupa tawaran untuk memenuhi sebagian dari permintaan. Berkata
“tidak” atau menentukan batasan mungkin sulit jika Anda yakin bahwa orang
tersebut harusnya tahu bahwa Anda memiliki alasan yang tepat untuk berkata
“tidak”. Jika persaan
bersalah menjbak anda, anda mungkin tidak ingin menjelaskan alasan khusus
mengenai keputusan anda. Bagaimanapun, apakah Anda memberikan alasan atau
tidak, tidak akan mengubah fakta bahwa anda memiliki hak untuk membuat
keputusan mengenai bagaimana Anda akan menggunakan waktu dan keuangan pribadi
Anda.
d) Membuat
Permintaan
Meminta
sesuatu yang anda inginkan dari orang lain secara langsung juga diperlukan pada
hubungan yang sehat. Jika anda berada pada posisi manajemen, menyatakan dengan
jelas apa yang anda harapkan dari orang lain adalah suatu bagian penting untuk
mencapai tujuan organisasi. Pada hubungan yang sederajat, membuat permintaan,
termasuk meminta pertolongan, adalah suatu bagian penting dari komunikasi yang
jujur. Kita harus percaya bahwa orang lain akan dapat merespon permintaan kita
secara asertif, termasuk berkata “tidak”. Jadi, kita tidak perlu bereaksi berlebihan
ketika seseorang menolak permintaan kita dengan cara yang asertif.
e) Berlaku
Persisten
Salah satu aspek penting dalam perilaku asertif adalah
persisten untuk menjamin bahwa hak-hak Anda dihargai. Sering ketika kita telah
menentukan batasan atau telah berkata “tidak’, kemudian orang-orang tersebut
akan membujuk untuk mengubah pikiran. Jika kita mengulangi lagi menyatakan
keputusan kita dengan santai, kita telah bertindak asertif tanpa menjadi
agresif dan tanpa menyerah. Respon ini, mengulangi menyatakan keputusan tadi
dengan santai, sering disebut sebagai respon “kaset rusak” (Smith, 1975).
Respon seperti ini akan menghentikan, bahkan orang yang paling manipulatif,
tanpa menimbulkan rasa bersalah atau meningkatkan konflik.
f) Membingkai
Kembali
Bingkai
adalah “jalan pintas kognitif yang digunakan orang untuk membuat suatu
informasi yang kompleks menjadi masuk akal” (Kaufman et al, 2003). Teknik pembingkaian
kembali (reframing) yang dijelaskan oleh Kaufman dkk termasuk:
1) Fokus
pada membangun komunikasi yang efektif untuk suatu kelompok/set tujuan yang
terbatas.
2) Menguji
validitas/keabsahan perspektif orang lain.
3) Menentukan di mana kesamaan pandangan/tujuan. Mencari
hal-hal yang samasamadisetujui dan fokus pada hasil yang diinginkan dengan
perspektif jangka panjang.
4) Mengenali kesempatan untuk mencari solusi-solusi yang
belum dieksplorasi/ dipikirkan lebih mendalam dan kesempatan-kesempatan yang
dapat saling ditawarkan (trade-off) atau kompromi-kompromi.
5) Terakhir,
mengenali perbedaaan yang tidak bisa dijembatani dan pada saat yang bersamaan
mencari tindakan yang masih bisa diambil untuk mengurangi konflik.
g) Mengabaikan
Provokasi
Konflik
interpersonal dapat memunculkan berbagai metode untuk “menang” dengan cara
menghina atau mengintimidasi orang lain. Sebagai contoh, pasien yang marah atau
merasa putus asa mungkin menyerang dengan serangan personal. Farmasis yang merasa dikritik secara tidak adil
mungkin merespon dengan sikap agresif atau sarkastik. Konflik interpersonal
antara profesional-profesional di bidang kesehatan sering ditandai dengan
perebutan kekuasaan dan otonomi (sering disebut “perang kartu kunci/turf
battle”). Mengabaikan komentar yang bersifat mencela dari orang lain dan tetap
fokus pada penyelesaian masalah dapat menjaga konflik agar tidak meningkat ke arah
yang dapat merusak hubungan.
h) Merespon
Kritik
Bagi
sebagian orang, kritik benar-benar dapat membuat diri hancur karena kita biasanya
memegang dua keyakinan irasional yang umum:
1) Bahwa
kita harus disayangi atau diakui oleh semua orang yang kita kenal,
2) Bahwa
kita harus benarbenar kompeten/mampu dalam segala hal yang kita lakukan tanpa
pernah melakukan kesalahan. Karena standar perfeksionis seperti itu tidak
mungkin dicapai, kita secara terus menerus menghadapi perasaan gagal atau tidak
berguna. Pada beberapa kasus, kita mungkin mempunyai keinginan untuk “membalas
dendam” dengan melakukan serangan balik terhadap orang yang memberikan kritik.
Cara satu-satunya untuk meniadakan perasaan seperti itu dan untuk mulai
mengatasi kritik dengan layak adalah dengan menantang kepercayaan irasional
yang mendasarinya yang mengakibatkan kita takut tidak diakui oleh orang lain.
C. Unsur-Unsur Asertif
Unsur-unsur
dalam komunikasi asertif, antara lain:
a)
Terbuka
dan jelas
Upayakan berkomunikasi secara jelas
dan spesifik.
Misalnya: “saya kurang suka ini”,
“Hm….saya menyukai rencana itu, hanya saja mungkin ada beberapa bagian yang
bisa ditingkatkan (bahasa halus dari diperbaiki)”, “saya punya pendapat yang
berbeda yaitu….”
b)
Langsung
Berbicara langsung dengan subyek
yang bersangkutan, jangan membawa masalah ke orang lain yang tidak berhubungan.
c)
Jujur
Berkata jujur agar dapat dipercaya
d)
Tepat
dalam bersikap
Pastikan memperhitungkan nilai sosial
dalam berbicara.
e)
Tanyakan umpan balik
Menanyakan umpan balik menjadi bukti
bahwa anda lebih mengutarakan pendapat daripada perintah.
Misalnya: “Apakah sudah
jelas? Atau
ada pertanyaan?”.
D. Ciri-Ciri Asertif
Komunikasi asertif memiliki cirri-ciri, sebagai berikut:
a) Terbuka dan
jujur terhadap pendapat diri dan orang lain.
b) Mendengarkan
pendapat orang lain dan memahaminya.
c) Menyatakan
pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang lain.
d) Mencari solusi
bersama dan keputusan.
e) Menghargai diri
sendiri dan orang lain dan mampu mengatasi konflik.
f) Menyatakan
perasaan pribadi, jujur tetapi hati-hati.
g) Mempertahankan
hak diri
Sedangkan, Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat sesorang dikatakan mempunyai sikap asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan.
2) Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.
3) Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik.
4) Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif.
5) Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan.
6) Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan dengan cara yang tepat.
7) Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
8) Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).
E. Petunjuk Menjadi
Asertif
Adapun
petunjuk untuk menjadi asertif, sebagai berikut:
1)
Bedakan dengan
jelas apa saja yang menjadi hak Anda dan apa yang bukan hak Anda tetapi Anda
menginginkannya.Ingat, orang yang asertif bukanlah orang yang suka merampas hak
orang lain. Orang yang asertif bisa memenuhi keinginannya walaupun sebetulnya
itu bukan haknya tanpa pemaksaan dan tindakan destruktif.
2)
Berani
mengungkapkan sesuatu yang mengganjal perasaan Anda. Misalnya tentang
ketidakpuasan Anda. Dengan sikap asertif Anda bisa mengungkapkan ketidakpuasan
itu dengan nada yang lebih bersahabat, bukan dengan nada penuh emosi.
3)
Tunjukkan image
yang positif, misalnya dengan bertutur kata dan bertingkah laku sopan. Dengan
image positif ini Anda akan lebih mudah diterima dalam bersikap asertif.
4)
Pandai membaca
keadaan. Perilaku asertif dapat dinilai agresif jika ditunjukkan dalam kondisi
yang salah. Maka jika ingin mengungkapkan sesuatu pastikan suasana dan
kondisinya dalam keadaan tenang dan tidak dalam keadaan yang penuh emosi.
5)
Dalam keadaan emosi
jangan sekalipun mengungkapkan keinginan Anda, karena dikhawatirkan hasilnya
tidak objektif karena dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat subyektif dan
emosionil.
Sedangkan
menurut Bourne, (1995), untu menjadi
individu yang asertif dibutuhkan strategi, sebagai berikut
1)
Evaluasi terhadap hak-hak
pribadi.
Tentukan apa yang menjadi hak anda
dalam situasi yang sedang dihadapi. Misalnya, Anda berhak membuat kesalahan dan mengubah pikiran
anda.
2)
Mengemukakan problem dan
konsekuensinya kepada orang yang terlibat dalam konflik.
Jelaskan sudut pandang anda, bahkan
meski sudah jelas sekalipun. Ini alan membuat orang lain lebih tahu posisi dan pandangan
anda. Deskripsikan problem seobjektif mungkin tanpa menyalahkan atau
menghakimi.
3)
Mengekspresikan perasaan
tentang situasi tertentu.
Ketika anda menyatakan perasaan anda,
bahkan orang yang tidak setuju dengan anda sekalipun akan bisa mengerti
perasaan anda tentang situasi itu. Ingat, gunakan pesan “aku” bukan pesan
“kamu”.
4)
Mengemukakan apa yang menjadi
permintaan.
Ini adalah aspek penting dari bersikap
asertif. Kemukakan keinginan anda atau yang tidak anda inginkan secara
langsung.
F. Formula Membangun
Asertif
Ada
tiga formula untuk membangun asertif sebagai sebuah
pendekatan yang dapat dilakukan dalam mewujudkan sikap Assertivitas diri,
yaitu:
1)
Appreciation.
Dengan cepat dan tanggap memberikan penghargaan dan rasa hormat terhadap
kehadiran orang lain sampai pada batas-batas tertentu atas apa yang terjadi
pada diri mereka tanpa menunggu mereka untuk lebih dahulu memperhatikan,
memahami, menghormati dan menghargai kita.
2)
Acceptance
Adalah perasaan mau menerima, memberikan arti sangat positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan
dapat menerima orang lain sebagaimana keberadaan diri mereka masing-masing.
Dalam hal ini, kita tidak memiliki tuntutan berlebihan terhadap perubahan sikap
atau perilaku orang lain (kecuali yang negatif) agar ia mau berhubungan dengan
mereka. Tidak memilih-milih orang dalam berhubungan, dengan tidak membatasi
diri hanya pada keselarasan tingkat pendidikan, status sosial, suku, agama,
keturunan, dan latar belakang lainnya.
3)
Accomodating.
Menunjukkan sikap ramah kepada semua orang, tanpa terkecuali, merupakan
perilaku yang sangat positif. Keramahan senantiasa memberikan kesan positif dan
menyenangkan kepada semua orang yang kita jumpai. Keramahan membuat hati kita
senantiasa terbuka, yang dapat mengarahkan kita untuk bersikap akomodatif
terhadap situasi dan kondisi yang kita hadapi, tanpa meninggalkan kepribadian
kita sendiri
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
1) Asertif
dapat dipahami dengan baik bila membandingkan asertif dengan dua gaya dalam merespon suatu
situasi, yaitu: pasif (tidak peduli) dan agresif (menyerang).
2) Terdapat
beberapa teknik komunikasi atau strategi yang berguna dalam menanggapi situasi
yang cenderung menjadi konflik. Diantaranya yaitu; memberikan umpan balik, meminta umpan balik
dari orang lain, menentukan batasan, membuat permintaan, berlaku persisten,
membingkai kembali, mengabaikan profokasi, dan merespon kritik.
3) Dalam
komunikasi asertif dibutuhkan beberapa unsure, yaitu: terbuka dan jelas,
langsung, jujur, tepat dalam bersikap, dan tanyakan umpan balik.
4) Komunikasi
sertif memiliki ciri-ciriterbuka dan jujur, mau mendengarkan, memberi pendapat,
mencari solusi, saling menghargai, menyatakan perasaan pribadi, dan
mempertahankan hak pribadi.
5) Untuk
mencapai perilaku asertif di butuhkan petunjuk, yaitu: evaluasi terhadap
hak-hak pribadi, mengemukakan problem dan konsekuensi konflik,mengekspresikan
perasaan tetntang situasi, dan mengemukakan apa yang menjadi permintaan.
6) Formula-formula
yang mendukung terjadinya erilaku asertif, yaitu: appreciation,acceptance, dan accommodating.
B.
SARAN
a)
Perawat
harus mampu menguasai teknik-teknik asertif agar komunikasi yang dihasilkan
antara perawat dan klien lebih berkualitas.
b)
Untuk
menghindari konflik yang berkepanjangan, seorang perawat tidak boleh bersikap
pasif maupun agresif tapi harus bersikap asertif.