PERKEMBANGAN
ANAK USIA SEKOLAH (7-12 TAHUN)
A.
Pengertian
pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan (growth) adalah
peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh bagian tubuh selama sel-sel
tersebut membelah diri menyintesis protein-protein secara berangsur-angsur dan bertambah
sempurnanya fungsi alat-alat tubuh.
Perkembangan (development) adalah
perubahan secara berangsur - angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat - alat
tubuh.
B.
Factor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
1.
Faktor hereditas
Adalah factor keturunan
secara genetic dari orang tua kepada anak.
2.
Faktor lingkungan
a.
Lingkungan pranatal
v
Gizi ibu ketika hamil
v
Posisi janin
v
Zat kimia
v
Faktor hormonal
b.
Lingkungan pascanatal
v
Sosial budaya
v
Nutrisi
v
Cuaca/iklim
v
Olahraga
v
Status kesehatan
v
Posisi anak dalam keluarga
C.
Pertumbuhan dan
perkembangan fisik anak usia sekolah (7-12 tahun)
1. Parameter umum
Rata-rata tinggi
badan anak usia 7-12 tahun 113 cm dan rata-rata BB anak usia 6-12 tahun
mencapai 21 kg.
2.
Nutrisi
Kebutuhan kalori harian anak usia 7-12 tahun menurun
sehubungan dengan ukuran tubuh, dan rata-rata membutuhkan 2400 kalori perhari.
Banyaknya anak yang tidak menyukai sayuran, biasanya hanya satu jenis
makanan,yang disukai orang tua memiliki peranan penting dalam mempengaruhi pilihan
anak terhadap makanan.
3.
Pola tidur
Kebutuhan tidur setiap
anak bervariasi, biasanya 8 sampai 9,5 jam setiap malam.
4.
Kesehatan gigi
Mulai sekitar usia 6
tahun gigi permanen tumbuh dan anak secara bertahap kehilangan gigi desi dua.
5.
Eliminasi
Pada usia 6 tahun,
85% anak memiliki kendala penuh terhadap kandung kemih dan defekasi, enurisis
nocturnal (mengompol) terjadi pada 15% anak berusia 6 tahun.
D.
Perkembangan motorik
1.
Motorik kasar
Biasanya anak bermain sepatu roda,
berenang, kemampuan berlari dan melompat meningkat secara progresif.
2.
Motorik halus
Anak mampu menulis tanpa merangkai
huruf. Misalnya, hanya menulis salah satu huruf saja.
Pada
usia ini anak masih sukar terhadap kecelakaan, terutama karena peningkatan
kemampuan motorik, orang tua harus terus memberikan bimbingan pada anak dalam
situasi yang baru dan mengancam keamanan.
E.
Perkembangan
psikososial
1.
Tinjauan (Erikson)
a.
Erikson menyatakan krisis psikososial yang dihadapi sebagai “Industri
Versus Inferioritas”. “Industri” yang dimaksud adalah kemampuan seorang anak dalam menguasai
tugas perkembangannya (kepandaian), sedangkan “Inferioritas” merupakan perasaan dimana seorang anak merasa
rendah diri dan kepercayaan dirinya turun akibat suatu kegagalan dalam memenuhi
standar yang ditetapkan orang lain untuk
anak.
1.
Hubungan dengan orang terdekat anak meluas hingga mencakup
teman sekolah dan guru.
2.
Anak usia sekolah secara normal telah menguasai tiga tugas
perkembangan pertama (kepercayaan, otonomi, dan inisiatif) dan saat ini
berfokus pada penguasaan kepandaian (Industri).
3.
Perasaan industri berkembang dari suatu keinginan untuk
pencapaian.
4.
Perasaan inferioritas dapat tumbuh dari harapan yang tidak
realistis atau perasaan gagal dalam memenuhi standar yang ditetapkan orang lain
untuk anak. Ketika anak merasa adekuat, rasa percaya dirinya akan menurun.
b.
Anak usia sekolah terikat dengan tugas dan sktivitas yang
dapat ia selesaikan.
c.
Anak usia sekolah mempelajari peraturan, kompetensi, dan
kerja sama untuk mencapai tujuan.
d.
Hubungan sosial menjadi sumber pendukung yang penting
semakin meningkat.
2. Rasa takut dan
stressor
a.
Sebagian perasaan takut yang terjadi sejak masa kanak-kanak
awal dapat terselesaikan atau berkurang. Namun, anak dapat menyembunyikan rasa
takutnya untuk menghindari dikatakan sebagai “pengecut” atau “bayi”.
b.
Rasa takut yang sering terjadi:
1.
Gagal di sekolah
2.
Gertakan
3.
Guru yang mengintimidasi
4.
Sesuatu yang buruk terjadi pada orang tua
c.
Stressor yang sering terjadi
1.
Stressor untuk anak usia sekolah yang lebih kecil, yaitu
dipermalukan, membuat keputusan, membutuhkan izin/persetujuan, kesepian,
kemandirian dan lawan jenis.
2.
Stressor untuk anak usia sekolah yang lebih besar yaitu
kematangan seksual, rasa malu, kesehatan, kompetensi, tekanan dari teman
sebaya, dan keinginan untuk menggunakan obat-obatan.
d.
Orang tua dan pemberi asuhan lainnya dapat membantu
mengurangi rasa takut anak dengan berkomunikasi secara empati dan perhatian
tanpa menjadi overprotective.
e.
Anak perlu mengetahui bahwa orang-orang akan mendengarkan
mereka dan memahami perkataannya.
3. Sosialisasi
a.
Masa usia sekolah merupakan periode perubahan dinamis dan kematangan
seiring dengan peningkatan keterlibatan anak dan aktivitas yang lebih kompleks,
membuat keputusan, dan kegiatan yang memiliki tujuan.
b.
Ketika anak usia sekolah belajar lebih banyak mengenai
tubuhnya, perkembangan sosial berpusat pada tubuh dan kemampuannya.
c.
Hubungan dengan teman sebaya memegang peranan penting yang
baru.
d.
Aktivitas kelompok, termasuk tim olahraga, biasanya menghabiskan
banyak waktu dan energi.
4. Bermain dan mainan
a.
Bermain menjadi lebih kompetetif dan kompleks selama periode
usia sekolah.
b.
Karakteristik kegiatan meliputi tim olahraga, klub rahasia,
aktivitas “geng”, pramuka atau organisasi lain. Puzzle yang rumit, koleksi,
permainan papan, membaca dan mengagumi pahlawan tertentu.
c.
Peraturan dan ritual merupakan aspek penting dalam bermain
dan permainan.
d.
Mainan, permainan, dan aktivitas yang meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan meliputi:
1.
Permainan kartu dan papan bertingkat yang rumit
2.
Buku dan kerajinan tangan
3.
Musik dan seni
4.
Kegiatan olahraga (mis:berenang)
5.
Kegiatan tim
6.
Video game (tingkatkan pemantauan orang tua terhadap isi
permainan untuk menghindari pajanan terhadap perilaku kekerasan dan seksual
yang tidak dikehendaki).
5. Disiplin
a.
Anak usia sekolah mulai menginternalisasikan pengendalian
diri dan membutuhkan sedikit pengarahan dari luar. Mereka melakukannya,
walaupun membutuhkan orang tua atau orang dewasa lain yang dipercaya untuk
menjawab pertanyaan dan memberikan bimbingan untuk membuat keputusan.
b.
Tanggungjawab pekerjaan rumah tangga membantu anak usia
sekolah merasa bahwa mereka merupakan bagian penting keluarga dan meningkatkan
rasa pencapaian terhadap prestasi mereka.
c.
Izin mingguan, diatur sesuai dengan kebutuhan dan tugas
anak, membantu dalam mengajarkan keterampilan, nilai, dan rasa tanggungjawab.
d.
Ketika mendisiplinkan anak usia sekolah, maka orang tua dan
pemberi asuhan lain harus menyusun batasan yang konkret dan beralasan
(memberikan penjelasan yang meyakinkan) serta mempertahankan peraturan sampai
batas minimal.
F.
Perkembangan
psikoseksual
1.
Tinjauan (Freud)
a.
Periode latensi, yang terdiri dari usia 5-12 tahun,
menunjukkan tahap yang relative tidak memperhatikan masalah seksual sebelum
masa pubertas dan remaja.
b.
Selama periode ini, perkembangan harga diri berkaitan erat
dengan perkembangan keterampilan untuk menghasilkan konsep nilai dan menghargai
seseorang.
2.
Perkembangan seksual
a.
Masa peremajaan dimulai pada akhir usia sekolah, perbedaan
pertumbuhan dan kematangan diantara kedua gender semakin nyata pada masa ini.
b.
Pada tahap awal usia sekolah, anak memperoleh lebih banyak
pengetahuan dan sikap mengenai seks. Selama usia sekolah, anak menyaring
pengetahuan dan sikap tersebut.
c.
Pertanyaan mengenai seks memerlukan jawaban jujur yang
berdasarkan tingkat pemahaman anak.
G.
Perkembangan kognitif
1.
Tinjauan (Piaget)
a.
Anak berusia antara 7-11 tahun berada dalam tahap konkret
operasional, yang ditandai dengan penalaran induktif, tindakan logis, dan
pikiran konkret yang reversible.
b.
Karakteristik spesifik tahapan ini antara lain:
1.
Transisi dari egosentris ke pemikiran objektif
(yaitu:melihat dari sudut pandang lain, mencari validasi, bertanya).
2.
Berfokus pada kenyataan fisik saat ini disertai
ketidakmampuan melihat untuk melebihi kondisi saat ini.
3.
Kesulitan menghadapi masalah yang jauh, masa depan atau
hipotesis.
4.
Perkembangan berbagai klerifikasi mental dan aktivitas yang
diminta.
5.
Perkembangan prinsip konservasi (yaitu:volume, berat, massa,
dan angka).
c.
Aktivitas yang khas pada anak tahap ini antara lain:
1.
Mengumpulkan dan menyortir benda (mis:kartu baseball,
boneka, dan kelereng)
2.
Meminta/memesan barang-barang menurut ukuran, bentuk, berat,
dan criteria lain.
3.
Mempertimbangkan pilihan dan variabel ketika memecahkan
masalah.
2.
Bahasa
1.
Anak mengembangkan pola artikulasi orang dewasa formal pada
usia 7-9 tahun.
2.
Anak belajar bahwa kata-kata dapat dirangkai dalam bentuk
terstruktur.
3.
Kemampuan membaca merupakan salah satu keterampilan paling
penting yang dikembangkan oleh anak.
H.
Perkembangan moral
Pada usia ini,
konsep moral anak tidak lagi sesempit dan sekhusus sebelumnya. Antara usia 7-12
tahun, konsep anak mengenai keadilan sudah berubah. Pengertian yang kaku dan
keras tentang benar-salah (yang dipelajari dari orangtua) menjadi berubah dan
anak mulai memperhitungkan keadaan khusus di sekitar pelanggaran moral. Menurut
Piaget, “relativisme moral menggantikan moral yang kaku”. Sebagai contoh: Bagi
anak 5 tahun, berbohong selalu buruk. Sedangkan bagi anak yang lebih besar, dia
sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong dibenarkan; dan oleh karena itu,
ia terpengaruh situasi, bahwa berbohong tidak selalu buruk.
v Tahapan moral Kohlberg:
1. Tingkat pertama, moralitas anak baik – anak
mengikuti peraturan untuk mengambil hati orang lain dan untuk mempertahankan
hubungan-hubungan yang baik.
2.
Tingkat kedua, moralitas konvensional – yaitu moralitas dari
aturan-aturan dan penyesuaian konvensional. Jika kelompok sosial menerima
peraturan yang sesuai bagi semua anggota kelompok, maka anak harus menyesuaikan
diri dengan peraturan untuk menghindari penolakan kelompok dan celaan.
Ketika anak
mencapai akhir masa kanak-kanak, kode moral berangsur-angsur mendekati kode
moral dewasa, dimana perilakunya semakin sesuai dengan standar-standar yang
ditetapkan oleh orang dewasa.
Perkembangan
moral anak-anak, ditentukan oleh: peranan disiplin, perkembangan suara hati,
pengalaman rasa bersalah, dan pengalaman rasa malu.
I.
Reaksi anak usia
sekolah terhadap penyakit dan hospitalisasi
1.
Tinjauan
i.
Stressor meliputi, takut terhadap mutilasi dan kematian,
perhatian terhadap kesopanan.
ii.
Anak usia sekolah mengalami kesulitan dengan ketergantungan
yang dipaksakan.
2.
Reaksi terhadap penyakit
a.
Anak usia sekolah menganggap kekuatan dari luar sebagai
penyebab penyakit.
b.
Mereka menyadari perbedaan tingkat keparahan penyakit.
Misalnya, mereka mengetahui bahwa kanker lebih serius daripada sakit flu.
3.
Reaksi terhadap hospitaliasasi
a.
Mekanisme pertahanan utama anak usia sekolah adalah reaksi
formasi, suatu mekanisme pertahanan yang tidak disadari. Anak menganggap suatu
tindakan adalah berlawanan dengan dorongan hati yang mereka
sembunyikan.
b.
Anak usia sekolah dapat bereaksi terhadap perpisahan dengan
menunjukkan kesendirian, kebosanan, isolasi, dan depresi.
c.
Perasaan hilang kendali dikaitkan dengan bergantung kepada
orang lain dan gangguan peran dalam keluarga.
d.
Takut cedera dan nyeri tubuh merupakan akibat dari rasa takut
terhadap penyakit, kecacatan, dan kematian.
4.
Penatalaksanaan keperawatan
a.
Berikan intervesi umum
1.
Motivasi pengungkapan secara verbal
2.
Motivasi perawatan diri
3.
Motivasi interaksi dengan teman sebaya
4.
Beritahu bahwa anak usia sekolah “boleh” untuk menangis
5.
Berikan informasi factual, gunakan model untuk
mendemonstrasikan konsep atau prosedur
6.
Sediakan benda atau aktivitas pengalih
b.
Berikan kenyamanan fisik dan intervensi yang aman
1.
Berikan anak usia sekolah kesempatan untuk mengendalikan
seluruh fungsi tubuhnya
2.
Bantu perkembangan keterampilan motorik halus anak. Anjurkanlah
hal-hal berikut ini:
a)
Mainan bongkar pasang, seperti satu set Lego
b)
Menggambar
c)
Permainan computer
d)
Menggambar bagian-bagian tubuh
e)
“Membaca catatan” saat ada pendidikan kesehatan untuk pasien
3.
Perbolehkan anak untuk berpartisispasi dalam pengobatan.
c.
Berikan intervensi kognitif
1.
Bantu mengembangkan cara berpikir rasional (berikan
penjelasan ilmiah, rasional, dan peraturan) dan bantu membuat keputusan
2.
Bantu anak menguasai konsep konservasi, konstan dan
reversibilitas, klasifikasi dan kategorisasi
a)
Biarkan anak untuk mencatat asupan dan pengeluaran urine
serta tanda-tanda vital
b)
Anjurkan anak untuk mengatakan kepada perawat kapan prosedur
harus dilakukan
c)
Bantu anak membuat buku catatan kecil
d)
Gunakan konsep, seperti kartu atau papan permainan, dalam
penyuluhan atau permainan
e)
Motivasi anak untuk mengerjakan tugas sekolah
3.
Berikan waktu untuk, dan dorong anak mengungkapkan secara
verbal (bicarakan waktunya)
d.
Berikan intervensi psikososial dan emosional
1.
Berikan kesempatan untuk menyalurkan tekanan
a)
Anjurkan interaksi dengan teman sebaya, penyuluhan kelompok,
dan batasi lingkungan
b)
Hindari ruangan yang digabung dengan usia lain
2.
Tingkatkan pencapaian kemampuan
a)
Berikan pujian terhadap cara bermain yang kooperatif
b)
Beri anak tugas yang dapat diselesaikan
c)
Libatkan anak dalam perawatan
Terima kasih ya ilmunya sangat bermanfaat.... m:)
BalasHapus